Lompat ke isi utama

Berita

TIPS DAN TRIK MENULIS ESAI YANG BAIK MENURUT MUHAMMAD SUHLI

TIPS DAN TRIK MENULIS ESAI YANG BAIK MENURUT MUHAMMAD SUHLI

Kamis sore, 10 September 2020 diskusi daring mengusung tema “Tips dan Trik Menulis Esai yang Baik”

Menghadirkan kemanfaatan bagi khalayak ramai, mejadi salah satu keberadaan Bawaslu Kota Administrasi Jakarta Selatan ditengah-tengah masyarakat. Hal inilah yang kemudian mendorong Bawaslu Jaksel menyelenggarakan kegiatan Diskusi Daring melalui aplikasi Zoom Meeting yang terbuka bagi kalangan umum ditengah kondisi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) penanganan pandemi Covid-19.

Kamis sore, 10 September 2020 diskusi daring mengusung tema “Tips dan Trik Menulis Esai yang Baik”, dengan pemateri tunggal Muhammad Suhli, yang menjabat sebagai Anggota Dewan Perpustakaan Provinsi DKI Jakarta periode 2019-2022.

Kegiatan dibuka oleh Muctar Taufiq selaku Ketua Bawaslu Jaksel. Dalam sambutannya, Muchtar mengapresiasi acara yang diinisiasi oleh Abdul Salam selaku Kordiv. Penindakan Pelanggaran. Tema kali ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kecerdasan kehidupan bangsa, khususnya peningkatan kapasitas SDM Bawaslu Jaksel yang saat ini sedang melakukan riset tentang Evaluasi Penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta.

Dengan mengutip petuah salah satu maestro sastrawan Indonesia, Mahbub Djunaidi, “Aku akan terus menulis dan akan terus menulis sampai aku tak mampu lagi menulis.” Muchtar ingin kutipan ini menggugah semua orang untuk terus menulis persoalan-persoalan yang ada dalam sebuah karya tulis.

Sebagai pengantar diskusi, Puadi selaku Kordiv. Penindakan Pelanggaran Bawaslu Provinsi DKI Jakarta mengawalinya dengan pantun, “Tetangga baru lagi hajatan, Di hajatan makan soto mie, Apresiasi untuk Bawaslu Jakarta Selatan, Bikin diskusi di tengah pandemi.”

Puadi menerangkan bahwa menulis masih awam bagi banyak orang, awam pula bagi dirinya walaupun sudah menulis 1 buku berjudul Demokrasi, Pemilu dan Politik Uang serta beberapa artikel dan esai di berbagai jurnal. Menurutnya, banyak ide menulis tanpa tertuang dalam tulisan akan percuma, karena tidak bisa dirasakan serta tidak bermanfaat bagi orang lain. Diharapkan pemateri dapat membuka pemikiran para peserta terutama rekan-rekan di Bawaslu dalam menulis karya ilmiah, tentunya akan sangat berguna saat membuat laporan-laporan kerja dengan baik.

Muhammad Suhli yang pernah menjabat Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Provinsi DKI Jakarta periode 2014-2017, mengawali pemaparan dengan pernyataan bahwa kegiatan menulis merupakan salah satu dari bagian 3 (tiga) tradisi intelektual, yaitu membaca, menulis dan berdiskusi.

Pemateri yang pernah menjadi penulis dan editor Majalah Intisari (Gramedia Grup) ini, memberikan tips bahwa untuk menulis esai sangatlah mudah, karena apapun buah pikir seseorang bisa menjadi bentuk tulisan, yang terpenting tulis terlebih dahulu, asalkan berdasar pada asas kebenaran, bukan kabar bohong (hoax). Banyaklah membaca, kembali pada tiga aktivitas intelektual, kembangkan dan biasakan tentunya.

Istilah esai pertama kali diperkenalkan oleh pengarang Perancis, Michel De Montaigne lewat bukunya berjudul “Essais” (1580). Dalam buku tersebut terdapat 107 esai. Sedangkan di Indonesia, esai dipopulerkan oleh HB Yasin yang sering menulis tinjauan atau kritik sastra.

Anatomi esai dilihat dari karakternya yang diisi oleh subjektivitas khas penulis, analisisnya dalam berbagai disiplin ilmu, sifatnya bisa reflektif dan kontemplatif, tidak terlalu bersifat teknis dan sistematis, serta tidak harus menghadirkan solusi dari penulis.

Ragam jenis esai diantaranya yang menggambarkan 1. Esai Potret, tentang manusia dari satu sisi; 2. Esai Deskriptif, tentang gambaran suatu hal; 3. Esai Pribadi, tentang diri penulis; 4. Esai Reflektif, tentang cermin dalam berbagai hal; dan 5. Esai Kritik, tentang kritik terhadap suatu hal.

Esai sangat berbeda dengan penulisan opini. Esai bersifat kontemplasi, dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu, reflektif, tidak bersifat teknis, transfer keyakinan penulis, gaya bahasa ringan. Sedangkan opini bersifat gagasan pribadi, dikembangkan hanya dari disiplin ilmu tertentu, reaktif, disampaikan dengan lugas dan tegas, transfer gagasan penulis, persuasif dan argumentatif.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan esai diantaranya harus memiliki 1. Persiapan (observasi); 2. Perenungan (imagination); 3. Penguatan (development); dan yang terakhir 5. Implementasi (action).

Sangat penting dalam penulisan esai, dapat memperhatikan hal-hal berikut, pertama esai harus kreatif (aktual, khas, orisinil); kedua, esai sebisa mungkin menghadirkan utilitas (terpakai, berguna, lebih baik); serta yang ketiga, esai menyajikan nilai estetika (bagus, indah, menarik).

Menurut pemateri yang 18 tahun bergelut dengan dunia menulis, trik untuk menumbuhkan ide dalam penulisan esai, sama dengan bentuk karya tulisan-tulisan lainnya, bisa didapat dari kontemplasi refleksi, pengamatan langsung, dan kolaborasi. Sehingga memudahkan penulis untuk membuat alur penulisan, mulai dari pemilihan (1) topik, dimana gagasan utama sangat penting dalam pengembangan sebuah essai, memilah pemakaian (2) tesis (pernyataan/teori argumentatif), memberikan (3) pendahuluan yang dapat menggambarkan mengapa tulisan tersebut dibuat, kemudian masuk kepada (4) isi essai yang menjadi pembahasan dan jangan sampai keluar dari judul, dan terakhir adalah (5) penutup sebuah tulisan, yang baik tentunya bergantung pada subjektifitas penulis esai, apakah ingin memberi akhir solutif, atau sebuah happy ending, maupun yang bisa berakhir dengan berkecambuknya pikiran sang pembaca.

Di akhir penjabaran materi, narasumber memberi salah satu contoh esai dari tokoh kondang Emha Ainun Najib yang biasa disapa Cak Nun, yang masuk kategori esai reflektif, berjudul "Gembira di Balik Corona". Esai tersebut menuangkan pemikiran sang budayawan pada kondisi kekinian (aktual), dengan gaya bahasa yang ringan namun indah, menggambarkan isi kepala yang menelan berbagai sajian drama hidup, yang tersurat (tertulis) maupun tersirat (pengalaman indera dan rasa).

Jika merunut tulisan ini dari awal, tentunya ada beberapa pembaca budiman yang merasakan gelisah kebingungan, “Apa yang ingin disampaikan oleh penulis artikel ini?” Seperti hanya bermaksud meringkas sebuah kejadian (berita/news), namun tak mirip pula dengan esai. Pada akhir tulisan ini, akhirnya saya belajar menulis. (CND)

Penulis : Cindy RD
Editor : Ahcmad Maulana